Pembatasan Kecepatan Kapal akan Potong 20% Polusi di Perairan

LONDON – Memotong kecepatan kapal memiliki manfaat besar bagi manusia, alam, dan iklim, menurut sebuah laporan baru. Pengurangan 20% akan memotong gas rumah kaca tetapi juga mengekang polutan yang merusak kesehatan manusia seperti karbon hitam dan nitrogen oksida. Batas kecepatan ini akan mengurangi kebisingan bawah laut sebesar 66% dan mengurangi kemungkinan tabrakan paus sebesar 78%. Para negosiator PBB bertemu di London untuk mempertimbangkan proposal untuk membatasi kecepatan maritim. Kapal, dari segala jenis dan ukuran, mengangkut sekitar 80% barang dunia berdasarkan volume. Namun mereka juga bertanggung jawab atas sebagian besar emisi rumah kaca global berkat pembakaran bahan bakar. Pengapalan menghasilkan sekitar 3% dari total gas pemanasan global – yang jumlahnya kira-kira sama dengan yang dipancarkan oleh Jerman. Sementara pengiriman tidak tercakup oleh perjanjian iklim Paris, tahun lalu industri setuju untuk memotong emisi sebesar 50% pada tahun 2050 dibandingkan dengan tingkat 2008. Studi baru dilakukan untuk kelompok kampanye Seas at Risk and Transport & Environment dibangun berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa memperlambat kapal adalah ide yang baik jika Anda ingin mengekang gas rumah kaca. <img alt="6a00d8341c4fbe53ef0240a48ce5be200d-550wi" class="aligncenter size-full wp-image-153904" src="http://beritatrans.com/cms/wp-content/uploads/2019/11/6a00d8341c4fbe53ef0240a48ce5be200d-550wi.png" style="box-sizing: border-box; border: 0px; max-width: 100%; height: auto; display: inline-block; vertical-align: middle;" /> Laporan tersebut juga mempertimbangkan berbagai dampak lain dari penurunan kecepatan seperti polusi udara dan kebisingan laut. Ketika kapal berjalan lebih lambat mereka membakar lebih sedikit bahan bakar, yang berarti juga ada penghematan karbon hitam, sulfur dan nitrogen oksida. Dua yang terakhir khususnya memiliki dampak serius pada kesehatan manusia, terutama di kota-kota dan daerah pesisir yang dekat dengan jalur pelayaran. Laporan tersebut menemukan bahwa memotong kecepatan kapal sebesar 20% akan mengurangi sulfur dan nitrogen oksida sekitar 24%. Ada juga pengurangan signifikan dalam karbon hitam, yang merupakan partikel hitam kecil yang terkandung dalam asap dari knalpot kapal. Memotong karbon hitam membantu membatasi pemanasan iklim di wilayah Arktik karena ketika kapal membakar bahan bakar di perairan utara yang beku, partikel-partikelnya sering jatuh di salju, dan membatasi kemampuannya untuk memantulkan kembali sinar matahari, yang mempercepat pemanasan di wilayah Arktik. Studi ini juga mengatakan bahwa pengurangan kecepatan 20% akan mengurangi polusi kebisingan hingga dua pertiga – sementara pembatasan kecepatan yang sama akan mengurangi kemungkinan kapal bertabrakan dengan paus sebesar 78%. “Ini kemenangan besar, menang, menang, menang,” kata John Maggs dari Seas at Risk. “Kami mendapat kemenangan dari sudut pandang iklim, kami mendapat kemenangan dari sudut pandang kesehatan manusia, kami memiliki kemenangan untuk sifat kelautan, kami memiliki potensi keuntungan keamanan, dan hingga titik tertentu kami menyimpan uang industri pengiriman. “Ini tentu saja merupakan opsi pengaturan yang paling sederhana. Berkat satelit dan transponder pada kapal komersial, sebenarnya sangat mudah untuk melacak pergerakan mereka dan kecepatan mereka bepergian.” Proposal untuk mengurangi kecepatan kapal adalah beberapa ide yang akan dipertimbangkan pada pertemuan International Maritime Organization (IMO) minggu ini di London. Para ahli percaya bahwa dalam jangka menengah dan panjang, industri akan beralih ke bahan bakar alternatif. Tetapi ada tekanan yang cukup besar, termasuk dari banyak negara dan perusahaan pelayaran, untuk langkah-langkah jangka pendek yang efektif untuk mengekang emisi. Satu proposal dari Perancis akan fokus pada kapal tanker minyak dan kapal curah tetapi tidak pada kapal kontainer atau kapal pesiar. Denmark mengusulkan bahwa industri ini memiliki standar berbasis tujuan, di mana tergantung pada masing-masing perusahaan perkapalan tentang bagaimana mereka memenuhinya. Banyak perusahaan pelayaran mendukung perlambatan. “Mengepul lambat tidak hanya mengurangi biaya bahan bakar tetapi penerapannya tidak memerlukan prosedur yang memakan waktu karena dapat diimplementasikan secara instan, tidak memerlukan investasi dari pemilik kapal, dapat dengan mudah dipantau dan merupakan cara paling efisien untuk mengurangi emisi CO2,” kata Ioanna Procopiou, seorang pemilik perusahaan pengiriman Yunani. Namun gagasan itu tidak didukung oleh beberapa nama terbesar dalam perdagangan. “Maersk tetap menentang batas kecepatan,” kata Simon Christopher Bergulf, yang adalah Direktur Urusan Regulasi dengan konglomerat pengiriman raksasa Denmark. “Kami lebih mendukung prinsip menerapkan langkah-langkah pembatasan daya. Berfokus pada daya alih-alih batas kecepatan akan membantu mewujudkan target pengurangan CO2 yang ditetapkan oleh IMO, sementara memberi penghargaan kepada kapal yang paling efisien.” Apa yang memberi harapan bagi para juru kampanye adalah bahwa pengapalan telah mencoba konsep melambat pada 2008, selama krisis keuangan global, kapal-kapal kargo melambat untuk memangkas biaya. Dengan kecepatan rata-rata turun 12% ini membantu mengurangi konsumsi bahan bakar harian sebesar 27%, yang setara dengan penurunan emisi yang signifikan. Para pegiat percaya bahwa keputusan apa pun yang akhirnya diambil oleh IMO akan melibatkan penguapan yang lebih lambat. “Tindakan jangka pendek, apa pun itu, akan mengurangi kecepatan kapal,” kata John Maggs. “Kami pikir cara terbaik untuk melakukan ini dengan paling efektif adalah dengan batas kecepatan langsung, apakah kami mendapatkannya atau tidak diketahui, tetapi kapal harus melambat di masa depan.” Matt McGrath/bbc.com Sumber : BeritaTrans.com